GOLDEN WORDS

Akar Segala Kebaikan Adalah Taqwa, Jika Akar Itu Ada Maka Semuanya Ada

Saturday, November 26, 2011

YESUS DI INDIA (4)


Kronologi Singkat Penyaliban Yesus as
Kalau kita teliti Injil kita akan melihat bahwa Yesus a.s. tidak tergantung di kayu salib sampai tiga hari, beliau tidak menderita lapar dan haus selama tiga hari, tulang-tulang beliau juga tidak dipatahkan.  Beliau tergantung hanya selama dua jam karena berkat pemeliharaan Allah s.w.t. maka penyaliban itu dilakukan sore hari Jumat menjelang matahari terbenam yang menandai mulainya waktu Sabat bagi umat Yahudi yang juga merupakan perayaan Paskah. Menurut adat Yahudi, tidak diizinkan dan dianggap sebagai kejahatan jika ada orang yang tergantung pada hari Sabat atau malam menjelang Sabat. Karena umat Yahudi seperti juga umat Muslim menggunakan kalender lunar (berdasarkan bulan) dimana saat matahari terbenam dianggap sebagai permulaan hari. Jadi di satu sisi ada kondisi-kondisi yang dimunculkan oleh sebab-sebab duniawi, sedangkan di sisi lain Allah yang Maha Kuasa memunculkan kondisi-kondisi rekayasa samawi dalam bentuk datangnya badai pasir dahsyat yang menggelapkan bumi selama tiga jam. (Markus 15:33).   Jam keenam itu adalah setelah  jam duabelas tengah hari menjelang senja. Saat itu orang-orang Yahudi ketakutan akan kegelapan yang tiba-tiba muncul karena khawatir saat Sabat keburu datang sehingga mereka bisa dihukum karenanya. Sebab itulah mereka bergegas menurunkan Yesus dan kedua pencuri dari kayukayu salib mereka. Disamping itu ada lagi rekayasa samawi lainnya yaitu ketika Pontius Pilatus sedang mengadili Yesus a.s., isterinya menyampaikan pesan kepadanya agar tidak mencampuri perkara orang benar itu (jangan mencoba menjatuhkan hukuman mati) karena malam sebelumnya isterinya itu mendapat mimpi peringatan. (Matius 27:19).  Jadi malaikat yang dilihat isteri Pilatus dalam mimpinya itu meyakinkan kita dan semua orang yang berfikiran jernih bahwa Tuhan tidak akan pernah membiarkan Yesus a.s. wafat di kayu salib.  Dari sejak terciptanya dunia ini, tidak pernah sekali pun Tuhan setelah memberi wahyu tentang akan terjadinya sesuatu dengan cara tertentu, lalu kejadian itu tidak terwujud. Sebagai contoh, Injil Matius menceritakan ketika malaikat datang dalam mimpi kepada Yusuf suami Maryam dan mengatakan:
Bangunlah dan ambillah anak itu serta ibunya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari anak itu untuk membunuh dia.’ (Matius 2 :13).

Lalu bisakah kita menyatakan bahwa Yesus dapat dibunuh di Mesir, setelah Tuhan mengaturnya sebagai tempat penyelamatan? Begitu juga dengan mimpi isteri Pilatus yang merupakan bagian dari rekayasa Tuhan, tidak mungkin rencana itu akan gagal. Sebagaimana halnya dengan kemungkinan Yesus terbunuh ketika perjalanan ke Mesir merupakan suatu hal yang bertentangan dengan janji perlindungan Allah s.w.t., begitu pula tidak mungkin sia-sia kedatangan malaikat yang telah tampak kepada isteri Pilatus dan mengarahkannya untuk mengatakan bahwa jika Yesus sampai mati di salib maka keadaannya akan menyusahkan isteri Pilatus itu. Apakah memang ada contoh lain dimana Tuhan pernah melakukan hal itu?

Nurani semua orang baik-baik jika mendengar adanya mimpi isteri Pilatus demikian itu, pasti akan sependapat bahwa tujuan mimpi itu adalah mengatur langkah-langkah penyelamatan Yesus. Bisa saja orang membantah kebenaran ini karena prasangka yang dibawa oleh agama yang dianutnya, namun kejujuran akan mengarahkan kita untuk menganggap bahwa mimpi isteri Pilatus itu merupakan salah satu bukti yang mendukung pandangan bahwa Yesus selamat dari kematian di atas kayu salib. Injil yang pertama yaitu Matius jelas mencatat kejadian ini.  Meskipun kemudian dari bukti-bukti yang akan aku kemukakan dalam buku ini akan menafikan sifat ketuhanan Yesus dan doktrin Penebusan, namun kejujuran dan keadilan meminta kita untuk tidak mengabaikan kredo komunal tentang kebenaran suatu fakta. Dari sejak mula diciptakannya manusia sampai dengan masa kini, keterbatasan kemampuan daya fikir manusia telah mempertuhan beribu benda, sehingga kucing dan ular pun disembah sebagai dewa. Tetapi manusia-manusia bijak dengan bimbingan samawi selalu bias diselamatkan dari kemudharatan kepercayaan politheisme.

Di antara berbagai kesaksian Injil akan kelepasan Yesus dari kematian di kayu salib adalah perjalanan beliau ke suatu tempat yang jauh yang dimulai sejak beliau keluar dari makam. Pada pagi hari Minggu, beliau pertama kali bertemu dengan Maria Magdalena yang langsung memberitahukan kepada para murid bahwa beliau itu hidup, tetapi mereka tidak percaya. Kemudian beliau terlihat oleh dua orang murid ketika mereka sedang berjalan di luar kota. Terakhir beliau muncul kepada sebelas murid ketika mereka sedang makan dan beliau mencela mereka karena kedegilan dan ketidak-percayaan mereka. (Markus 16:9 – 14).   Ketika dua orang murid Yesus sedang berjalan ke sebuah kampong bernama Emaus yang terletak sekitar tujuh mil dari Yerusalem, mereka bertemu Yesus. Ketika mendekati kampung tersebut Yesus berjalan terus untuk berpisah dengan mereka, tetapi mereka mencegah dengan mengatakan hari telah menjelang malam. Beliau kemudian makan malam dan tinggal bersama mereka di Emaus itu. (Lukas 24:13 – 31).  Kalau ada yang mengatakan bahwa Yesus melakukan semua itu dengan tubuh halus (spiritual) hal-hal yang hanya bisa dilakukan dengan tubuh kasar seperti makan, minum dan tidur, berjalan kaki ke Galilea yang terletak tujuhpuluh mil dari Yerusalem, sama saja dengan mengatakan sesuatu yang tidak mungkin dan bertentangan dengan akal sehat. Meskipun nyatanya terdapat perbedaan-perbedaan penuturan masing-masing Injil, tetapi semuanya menyatakan bahwa Yesus a.s. bertemu dengan para murid beliau dengan tubuh kasar, melakukan perjalanan panjang ke Galilea dengan berjalan kaki, memperlihatkan parut luka-luka salib, makan dan bermalam bersama mereka.

Sekarang kalau kita menganggap bahwa Yesus setelah keluar dari makam memperoleh tubuh spiritual yang abadi yang membebaskan beliau dari keharusan makan dan minum serta semua luka, kesakitan dan kecelaan untuk bisa duduk di sisi kanan Bapa-nya, kenyataannya tubuh beliau masih membawa luka-luka paku salib yang masih berdarah dan amat sakit dan memerlukan obat balur untuk menyembuhkan. Katanya beliau bertubuh halus yang sempurna, kalis dari semua cacat, namun tubuh itu masih mengalami derita berbagai rupa. Yesus sendiri menunjukkan darah dan daging beliau dan tidak hanya itu tetapi juga rasa lapar dan haus yang merupakan ciri dari kehidupan tubuh kasar. Kalau memang benar demikian, apa gunanya beliau makan, minum, istirahat dan tidur dalam perjalanannya ke Galilea? Kita menyadari bahwa lapar dan haus dalam dunia ini akan membawa akibat fatal jika telah melampaui puncaknya.

Dengan demikian tidak usah diragukan bahwa Yesus a.s. tidak wafat di kayu salib dan tidak juga memperoleh tubuh halus/spiritual. Beliau hanya berada dalam keadaan pingsan yang berat saja. Berkat rahmat Allah s.w.t., kebetulan makam beliau waktu itu tidak seperti kuburan di negeri ini, karena merupakan ruangan cukup luas dan bebas udara mengalir. Pada masa itu sudah menjadi adat orang Yahudi untuk membuat makam berupa ruangan besar dengan sebuah pintu. Makam seperti itu selalu siap digunakan untuk menampung mereka yang mati. Injil jelas memberikan kesaksian soal itu, seperti Lukas mengatakan bahwa :
Pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu mereka pergi ke kubur membawa rempah-rempah yang telah disediakan mereka.  Mereka mendapati batu sudah terguling dari kubur itu dan setelah masuk mereka tidak menemukan mayat Yesus.’(Lukas 24:1 – 3)

Perhatikan kata-kata ‘setelah masuk mereka.’ Jelas bahwa makam tersebut cukup luas dan mempunyai pintu sehingga mereka bias masuk ke dalamnya. Di bagian lain buku ini aku akan menjelaskan juga bahwa pada makam Yesus yang belum lama ini ditemukan di Srinagar, Kashmir, juga memiliki bukaan pintu seperti itu. Hal ini penting sebagai bahan kajian bagi para peneliti untuk mencapai kesimpulan.

Di antara beberapa kesaksian Injil antara lain adalah perkataan Pilatus sebagaimana dicatat oleh Markus:
Sementara itu hari mulai malam dan hari itu adalah hari persiapan yaitu hari menjelang Sabat. Karena itu Yusuf orang Arimatea, seorang anggota Majlis Besar yang terkemuka, yang juga menanti-nantikan Kerajaan Allah, memberanikan diri menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus. Pilatus heran waktu mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil kepala pasukan dan bertanya kepadanya apakah Yesus sudah mati.’ (Markus 15:42 – 44)

Keadaan ini menunjukkan bahwa pada saat penyaliban itu telah muncul keraguan apakah Yesus memang telah wafat dimana keraguan itu muncul dari seseorang yang memiliki pengalaman tentang berapa lama sebenarnya seseorang itu biasanya mati setelah disalibkan. Kesaksian lain dari Injil adalah ayat-ayat yang berbunyi:
Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib sebab Sabat itu adalah hari yang besar - maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadaanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus, tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa ia telah mati, mereka tidak mematahkan kakinya, tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambungnya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.’ (Yohanes 19:31 – 34)

Ayat-ayat di atas jelas menyatakan bahwa menurut kebiasaan pada masa itu agar orang yang disalib itu mati, maka orang tersebut harus berada di atas kayu salib selama beberapa hari lalu diikuti dengan mematahkan kaki-kaki mereka. Adapun kaki-kaki Yesus sendiri sengaja tidak dipatahkan dan beliau diturunkan dalam keadaan hidup sebagaimana kedua pencuri yang disalib bersamaan. Itu juga yang menjadi alasan mengapa keluar darah ketika rusuk beliau ditusuk dengan lembing. Kalau orang sudah mati maka darahnya akan membeku.

Kembali kita lihat disini ada rekayasa guna menyelamatkan beliau. Pilatus rupanya seorang yang takut kepada Tuhan dan berhati baik, tetapi ia tidak bisa secara terbuka melepaskan Yesus karena takut kepada Kaisar Roma mengingat orang Yahudi menuduh beliau sebagai pemberontak. Namun Pilatus tetap berusaha membantu Yesus, dan ia tidak menginginkan Yesus sampai disalib. Injil jelas mengemukakan hal dimana Pilatus berusaha beberapa kali membebaskan Yesus, namun orang-orang Yahudi itu berteriak bahwa jika ia membebaskan Yesus maka ia bukanlah sahabat Kaisar dan mereka mengatakan bahwa beliau adalah seorang pemberontak yang menganggap dirinya sebagai raja. (Yohanes 19:12).  Ditambah lagi dengan mimpi isterinya menyebabkan Pilatus tambah berupaya menyelamatkan Yesus, karena ia takut akan tertimpa bencana. Hanya saja karena orang Yahudi itu memang sangat jahil, bahkan berani melaporkan ke Kaisar Roma maka Pilatus mengupayakan dengan cara lain seperti menentukan hari Jumat sebagai saat penyaliban beberapa jam sebelum matahari terbenam dimana hari Sabat sudah akan mulai.

Pilatus tahu betul bahwa orang Yahudi sesuai ketentuan hukum Taurat mereka hanya dapat menahan Yesus di atas salib sampai senja saja karena setelah itu tidak diperkenankan ada orang tergantung di atas salib. Rekayasa itu nyata berjalan baik dan Yesus diturunkan dari atas salib sebelum senja. Tidaklah mungkin jika kedua pencuri yang sama disalib itu ketika diturunkan masih dalam keadaan hidup sedangkan Yesus sudah mati padahal baru disalib dua jam.  Keadaan seperti mati itulah yang menyelamatkan Yesus dari proses pematahan kaki-kaki beliau. Kenyataan bahwa kedua pencuri itumasih dalam keadaan hidup ketika diturunkan dari salib kiranya cukup sebagai bukti bagi seorang yang berfikir. Menurunkan seseorang dari kayu salib dalam keadaan hidup adalah hal yang biasa karena mereka matinya terutama akibat shock karena kaki-kaki mereka dipatahkan, kecuali mereka telah mati sebelumnya akibat kelaparan dan kehausan selama beberapa hari di salib tersebut. Yesus sendiri tidak sampai mengalami hal-hal demikian, beliau tidak disalib berhari-hari dan tulang-tulangnya juga tidak dipatah-patahkan.  Dengan ditampakkannya seolah-olah Yesus telah wafat maka orang Yahudi seperti mengabaikan keseluruhannya. Adapun kedua pencuri tersebut memang dimatikan dengan mematahkan tulang-tulangnya.  Akan berbeda keadaannya jika salah seorang pencuri itu misalnya juga ternyata sudah mati sehingga tidak perlu lagi dipatahkan kakikakinya.  Kemudian ada sesosok manusia bernama Yusuf dari Arimatea, seorang teman baik dari Pilatus dan orang terkemuka dalam masyarakat serta murid rahasia Yesus, datang pada saat yang tepat. Aku memperkirakan kemungkinan Yusuf datang karena panggilan Pilatus. Tubuh Yesus karena dianggap sudah mati lalu diserahkan kepadanya karena ia adalah seorang terpandang yang disegani orang-orang Yahudi. Yusuf membawa pergi tubuh Yesus dengan memperlakukannya sebagai mayat, walaupun beliau berada dalam keadaan pingsan. Dekat tempat penyaliban itu ada sebuah ruang yang dibentuk sebagai makam berpintu menurut adat masa itu. Yesus ditempatkan di sana atas saran Pilatus.

Semua kejadian itu berlangsung pada masa abad keempatbelas setelah nabi Musa a.s. dan Yesus a.s. adalah Pembaharu dari hokum Israel di abad keempatbelas itu. Pada saat itu umat Yahudi sedang menunggu seorang Al-Masih yang Dijanjikan yang sudah dinubuatkan oleh beberapa nabi-nabi sebelumnya, namun ulama-ulama Yahudi yang berfikiran dangkal tidak mampu mengenali saat dan kondisi kedatangan tersebut sehingga mereka menolak Yesus sebagai Al- Masih yang Dijanjikan. Mereka bahkan menyatakan beliau sebagai kafir dan penipu, serta memfatwakan kematian bagi beliau dan menyeretnya ke pengadilan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa di abad keempatbelas Tuhan telah mengatur agar semua pengaruh-pengaruh buruk menjadikan hati manusia mengeras dan para ulama atau pendeta menjadi lebih mementingkan duniawi, buta mata hatinya serta memusuhi kebenaran. Kita bisa melihat kesamaan di antara abad keempatbelas setelah Musa a.s. dengan abad keempatbelas setelah nabi yang ‘mirip’ Musa yaitu Rasulullah Muhammad s.a.w. Pertama, adalah munculnya seseorang di abad itu yang mengaku sebagai Al-Masih yang Dijanjikan berdasarkan penunjukan dari Allah s.w.t. Kemudian, para ulama akan menyatakan keduanya sebagai Kafir dan menyebut mereka sebagai Dajjal, serta memfatwakan kematian bagi mereka dan menyeret mereka ke pengadilan - pada kasus yang satu ke pengadilan Roma dan di kasus yang lain ke pengadilan pemerintahan Inggris. Pada akhirnya, keduanya diselamatkan, sedangkan para ulama tersebut - dari umat Yahudi dan pada kasus kedua, dari umat Muslim - telah digagalkan rencananya. Tuhan menjanjikan pengikut yang banyak bagi kedua Messiah tersebut dan akan mengalahkan para musuh mereka. Pendek kata, abad keempatbelas setelah nabi Musa a.s. dan abad keempatbelas setelah nabi Muhammad s.a.w. bagi kedua Messiah itu merupakan masa-masa percobaan tetapi juga membawa berkat dalam jangka waktu panjang.

No comments: