GOLDEN WORDS

Akar Segala Kebaikan Adalah Taqwa, Jika Akar Itu Ada Maka Semuanya Ada

Thursday, December 1, 2011

YESUS DI INDIA (6)


Rupanya nubuatan dalam Matius 16:28 itu telah menimbulkan kepanikan di antara para pendeta Kristiani karena mereka tidak mampu memberikan penafsiran yang masuk akal sejalan dengan keyakinan mereka. Sulit bagi mereka untuk mengatakan bahwa ketika terjadi penjarahan kota Yerusalem, Yesus turun dari langit dengan segala kemegahan seperti kilat yang menerangi alam dan terlihat oleh semua orang. Begitu juga sulit bagi mereka untuk mengabaikan pernyataan yang mengatakan ‘di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai raja dalam kerajaannya.’ Karena itulah mereka memberikan penafsiran yang direkayasa menjadi pemenuhan nubuatan dalam bentuk penampakan (visi) saja.

Hal itu tidak benar, hamba-hamba Tuhan yang saleh akan muncul sebagai penampakan kepada orang-orang yang terpilih dan sebagai penampakan tidak perlu hanya dalam bentuk mimpi. Penampakan itu bahkan bisa dilihat dalam keadaan terjaga, aku sendiri telah mengalami fenomena demikian. Aku telah sering bertemu Yesus a.s. dalam bentuk Kashaf (penampakan dalam keadaan terjaga) sebagaimana aku juga telah bertemu dengan beberapa nabi-nabi dalam keadaan sadar. Aku juga sudah sering bertemu dengan Junjungan kita nabi besar Muhammad s.a.w. dalam keadaan sadar dan aku telah berbicara dengan beliau dalam keadaan yang demikian jernih yang tidak ada kaitannya dengan tidur atau kantuk. Aku juga sudah berjumpa dengan beberapa orang yang sudah meninggal di kuburan mereka atau di tempat-tempat lain dalam keadaan jaga dan aku berbicara dengan mereka.

Aku tahu betul bahwa pertemuan dengan mereka yang sudah meninggal dalam keadaan sadar adalah hal yang mungkin. Tidak saja bertemu, tetapi juga berbicara dan bahkan berjabat tangan. Keadaan di antara penampakan dan keadaan jaga tersebut tidak ada perbedaan berarti. Kita menyadari bahwa kita masih berada dalam dunia dimensi ini dengan pendengaran, penglihatan dan bahasa yang sama, tetapi jika direnungi akan memunculkan alam yang lain.

Dunia awam tidak memiliki pengalaman seperti ini karena mereka hidup secara acuh. Pengalaman seperti ini merupakan karunia dari Tuhan untuk mereka yang diberkati dengan indera-indera khusus.  Hal ini adalah fakta yang benar dan aktual. Dengan demikian ketika Yesus muncul kepada Yohanes saat penghancuran kota Yerusalem, walaupun beliau dilihat dalam keadaan sadar, mungkin juga ada pembicaraan di antara mereka serta jabatan tangan, namun kejadian itu tidak ada kaitannya dengan nubuatan dimaksud. Fenomena demikian sering terjadi di dunia ini, bahkan sekarang pun kalau aku meniatkannya, dengan rahmat Allah s.w.t. aku bisa bertemu Yesus atau nabi-nabi lain dalam keadaan jaga. Pertemuan seperti itu tidak memenuhi nubuatan yang terkandung dalam Injil Matius 16:28.

Jadi apa yang terjadi sebenarnya Yesus a.s. sudah mengetahui bahwa beliau akan diselamatkan dari kayu salib dan akan berpindah ke negeri lain. Tuhan tidak akan membiarkan beliau mati secara demikian dan tidak juga akan mengambilnya dari dunia sebelum menyaksikan kehancuran umat Yahudi (di Yerusalem) dengan mata kepala sendiri. Beliau juga belum akan wafat selama buah dari Kerajaan Tuhan yang merupakan karunia surga bagi mereka yang dimuliakan, belum terwujud. Yesus a.s. mengemukakan nubuatan demikian itu untuk meyakinkan para murid bahwa mereka akan melihat tanda-tanda dimana mereka yang mengangkat pedang terhadap beliau akan dibunuh juga dengan pedang dalam masa hidup dan di hadapan beliau. Inilah yang patut diketahui umat Kristiani bahwa tidak ada bukti yang lebih baik daripada ucapan Yesus sendiri berupa nubuatan bahwa beberapa dari mereka masih akan hidup ketika beliau kembali.

Perlu diketahui bahwa Injil mengandung dua jenis nubuatan tentang kedatangan Yesus a.s. yang kedua kalinya yaitu:
(1) Janji kedatangan beliau di akhir zaman dalam bentuk spiritual yang mirip dengan kedatangan kedua kali dari Elia pada masa Yesus. Jadi seperti Elia, sosok itu telah muncul di abad ini dalam diriku, seorang hamba manusia yang datang sebagai Al-Masih yang Dijanjikan mewakili Yesus a.s. Yesus telah menyampaikan kabar kedatanganku di dalam Injil. Berberkatlah mereka yang karena menghormati Yesus lalu merenungi secara jujur dan benar tentang kedatanganku, agar ia selamat dari kejatuhan, (2) Bentuk lain daripada nubuatan menyangkut kedatangan Yesus kedua kalinya adalah dalam bentuk tetap utuhnya nyawa beliau dari pengalaman di atas kayu salib berkat rahmat Allah s.w.t. Tuhan telah menyelamatkan hamba-Nya yang mulia dari kematian di atas kayu salib seperti yang disiratkan dalam nubuatan tersebut di atas.

Umat Kristiani telah keliru mencampuradukkan kedua konteks tersebut, mereka bingung sehingga harus menghadapi banyak kesulitan untuk membenarkan ajaran mereka. Singkat kata, pasal 16 dari Injil Matius tersebut merupakan sebuah bukti penting yang mendukung kelepasan Yesus dari kematian di atas kayu salib.
Dari beberapa kesaksian Injil yang kita ketahui antara lain adalah penuturan Matius berikut ini:
Pada waktu itu akan tampak tanda anak manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat anak manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaannya’ (Matius 24:30).

Pengertian daripada ayat itu sebenarnya ialah Yesus a.s. mengatakan akan datang saatnya ketika dari langit (karena pengaturan samawi) akan dikemukakan pengetahuan, argumentasi dan bukti-bukti yang akan menihilkan keimanan manusia tentang sifat ketuhanan Yesus, tentang wafatnya di kayu salib, kenaikan beliau ke sorga serta tentang kedatangan yang kedua kali. Tuhan akan membukakan kedustaan dari mereka yang menyangkal beliau sebagai seorang nabi yang benar seperti umat Yahudi misalnya yang menganggap beliau sebagai orang terkutuk karena diperkirakan mati di atas kayu salib, sehingga kepada mereka itu akan dibukakan bahwa Yesus a.s. sebenarnya tidak wafat di salib dan karena itu tidak memenuhi kriteria sebagai orang terkutuk. Begitu juga berbagai bangsa di dunia yang telah membesar-besarkan status beliau yang sebenarnya, akan malu atas kesalahan pandangannya selama ini. Pada masa itu ketika fakta-fakta ini dibukakan, manusia secara metaforika akan melihat Yesus turun ke dunia yaitu di masa kedatangan Al-Masih yang Dijanjikan yang dating menyerupai Yesus, muncul dengan segala tanda-tanda gemilang dan dukungan samawi serta kekuasaan dan kemegahan yang akan diakui dunia.

Penafsiran lanjutan dari ayat di atas mengandung arti bahwa takdir Allah s.w.t. akan membentuk kepribadian Yesus dan mengatur jalan kehidupan beliau sedemikian rupa sehingga ada orang-orang yang jadi membesar-besarkan tetapi ada juga yang mengecilkan arti status beliau. Ada orang yang mengeluarkan beliau dari kategori manusia dengan mengatakan bahwa beliau masih hidup dan sedang berada di langit. Mereka inilah yang mengatakan bahwa setelah beliau wafat di kayu salib, lalu bangkit kembali dan kemudian naik ke langit dengan memperoleh semua kekuasaan Tuhan, bahkan beliau sendiri dianggap Tuhan. Pihak lainnya adalah umat Yahudi yang mengatakan bahwa beliau wafat di kayu salib dan karena itu (nauzubillah-min-zalik) beliau itu terkutuk dan tenggelam dalam kemarahan Tuhan yang tidak menyukainya dan menganggap beliau sebagai musuh yang dibenci, bahwa beliau itu pembohong dan penipu serta Kafir. Pembesar-besaran dan pengecilan arti Yesus ini demikian tidak adilnya sehingga Allah s.w.t. perlu membersihkan nabi-Nya itu dari cercaan demikian. Ayat dari Injil di atas menunjuk kepada fakta tersebut.  Pernyataan bahwa semua bangsa di bumi akan meratap mensiratkan bahwa semua yang disebut sebagai ‘bangsa’ akan meratap saat itu. Mereka akan memukuli dadanya sendiri dan menangis dengan suara keras karena besar kedukaan mereka. Umat Kristiani dalam hal ini perlu mencermati ayat tersebut yaitu mereka harus memperhatikan jika ayat ini mengandung nubuatan bahwa semua bangsa akan meratap, mereka itu tidak bisa mengatakan hal tersebut tidak berkaitan dengan mereka sendiri. Tidakkah mereka juga termasuk kategori ‘bangsa?’ Jika berdasar ayat ini mereka termasuk di antara yang meratap, mengapa mereka tidak mencari keselamatan? Ayat tersebut jelas menyatakan bahwa ketika tanda-tanda Yesus akan terlihat di langit maka semua bangsa akan meratap. Dengan kata lain, jika ada manusia yang mengatakan bahwa bangsanya tidak akan meratap berarti ia telah menyangkal Yesus.

Kelompok orang atau bangsa yang masih kecil jumlahnya tidak akan termasuk ke dalam kategori bangsa sebagaimana tersirat dalam nubuatan tersebut. Mereka ini belum cocok disebut sebagai ‘bangsa’ dan mereka itu adalah kami yang merupakan komunitas satu-satunya yang berada di luar ruang lingkup nubuatan tersebut dimana komunitas kami ini masih sedikit sekali sehingga belum bias diterapkan istilah ‘bangsa.’ Yesus a.s. berdasarkan wahyu samawi mengatakan bahwa ketika tanda muncul di langit maka semua umat di dunia yang karena jumlahnya pantas disebut sebagai ‘bangsa’ akan meratap semuanya, kecuali sekelompok kecil umat yang belum dapat disebut sebagai ‘bangsa.’

Tidak ada umat Kristiani, atau pun Muslim atau juga Yahudi dapat dikecualikan dari nubuatan itu. Hanya Jemaat kami sajalah yang berada di luar ruang lingkupnya karena kami ini baru berupa bibit yang belum lama disemaikan oleh Allah s.w.t. Perkataan seorang nabi tidak mungkin tidak terjadi. Kalau ayat tersebut jelas mensiratkan bahwa semua ‘bangsa’ yang ada di dunia akan meratap, siapa dari umat tersebut boleh mengaku berada di luar ruang lingkupnya? Yesus tidak ada memberikan kekecualian dalam ayat itu. Adapun kelompok yang belum patut disebut sebagai ‘bangsa’ itu saja yang dapat dikecualikan yaitu Jemaat kami ini. Nubuatan tersebut telah dipenuhi dalam zaman ini karena apa yang menjadi penyebab ratapan bangsa itu adalah dibukakannya kebenaran tentang Yesus dan terbongkarnya semua kesalahan-kesalahan akidah yang selama ini sudah berjalan.  Gegap gempita umat Kristiani yang mempertuhan Yesus akan berubah menjadi keluhan dalam. Kedegilan umat Muslim yang menganggap Yesus a.s. telah naik ke langit dengan badan kasarnya, akan menjadi tangis dan ratapan, sedangkan umat Yahudi akan kehilangan semuanya.

Perlu juga diingatkan bahwa yang termasuk sebagai ‘bangsa-bangsa’ di bumi yang akan meratap tersebut, yang dimaksud ‘bumi’ adalah Balad-i-Sham (Palestina dan Syria) dengan apa ketiga bangsa itu terkait. Bagi bangsa Yahudi karena merupakan tempat asal leluhur dan tanah suci mereka, bagi umat Kristiani karena merupakan tempat pemunculan Yesus dimana komunitas Kristen yang pertama timbul dari tempat tersebut, sedangkan bagi umat Muslim karena mereka akan menjadi pewaris tanah tersebut di Akhir Zaman. Kalau kata ‘bumi’ dimaksudkan merangkum semua negeri di dunia, tidak juga ada masalah karena ketika kebenaran dibukakan, semua penyangkal itu akan dipermalukan.
Kesaksian lain yang diberikan Injil adalah pernyataan Injil Matius:
dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus, mereka pun keluar dari kubur lalu masuk kota kudus dan menampakkan diri pada banyak orang.’  (Matius 27:52 - 53).

Tidak ada keraguan bahwa penuturan di atas tentang orang-orang kudus yang keluar dari kubur dan tampak kepada banyak orang, bukanlah suatu kenyataan historikal, karena kalau memang demikian yang terjadi berarti Hari Penghisaban (kiamat) telah dilaksanakan di bumi ini. Bila benar demikian maka segala sesuatu yang dirahasiakan guna mencobai keimanan dan keteguhan manusia telah dibukakan kepada semua. Keimanan tidak lagi berarti karena semua orang yang beriman mau pun kafir bisa melihat dan meyakini dunia yang akan datang sebagaimana mereka melihat bulan, matahari dan pergantian hari. Dalam keadaan demikian, keimanan tidak lagi mempunyai nilai berarti yang patut mendapat imbalan apa pun.

Jika semua umat dan nabi-nabi Yahudi dari masa lalu dalam jumlah berjuta-juta itu benar dibangkitkan pada saat Penyaliban Yesus dan mereka masuk ke dalam kota dalam keadaan hidup dan kalau mukjizat kebangkitan itu terjadi pada saat bersamaan (karena dianggap sebagai bukti kebenaran dan ketuhanan Yesus), tentunya umat Yahudi mendapat kesempatan bertanya kepada para orang kudus dan nenek moyang mereka yang dibangkitkan itu apakah Yesus memang benar Tuhan ataukah beliau berdusta. Mereka pasti tidak akan melewatkan kesempatan tersebut. Mereka pasti ingin tahu mengenai Yesus dan menanyakan kepada mereka yang dibangkitkan itu tentang kemungkinan mereka sendiri nantinya dibangkitkan juga.  Bagaimana mungkin umat Yahudi akan melepaskan kesempatan tersebut jika ada beratus ribu orang mati yang dibangkitkan masuk ke dalam kota dan kembali ke rumahnya masing-masing? Mereka pasti akan bertanya, tidak kepada satu dua orang tetapi kepada beribu orang kudus yang dibangkitkan tersebut.

Ketika orang-orang yang sudah mati itu kembali ke rumahnya masing-masing tentunya akan terjadi kegembiraan luar biasa di antara keluarga mereka. Dalam setiap rumah tangga tentunya terjadi berbagai perbincangan dan pasti mereka akan bertanya kepada orang yang pernah mati tersebut kalau mereka ada mengenal Yesus Al-Masih yang dianggap Tuhan. Namun karena umat Yahudi umumnya tidak meyakini Yesus, tidak juga hati mereka melembut bahkan mereka bertambah keras hatinya, apakah kemungkinan karena mereka yang pernah mati itu tidak memberikan tanggapan yang baik tentang Yesus? Apakah kemungkinan mereka itu menyatakan bahwa semua pengakuan Yesus sebagai Tuhan itu adalah palsu adanya? Mungkin karena itu umat Yahudi tetap dalam kedegilan mereka meskipun ada beratus ribu orang kudus telah dibangkitkan? Apakah karena itu umat Yahudi menjadi makin yakin dalam kekafirannya, tidak saja dalam sifat ketuhanan Yesus, bahkan juga sifat kenabiannya?

Bagaimana kita mau percaya bahwa beratus ribu orang kudus dari zaman nabi Adam sampai terakhir Yahya Pembaptis, yang selama ini tidur tenang dalam kuburnya di negeri itu, lalu dibangkitkan semua.  Bahwa mereka lalu masuk ke kota untuk menyampaikan kesaksian kepada ribuan orang kalau Yesus itu Al-masih dan Putra Tuhan, bahkan Tuhan itu sendiri. Bahwa hanya beliau saja yang patut disembah, bahwa mereka harus meninggalkan agama lama mereka kalau tidak mau masuk neraka. Kalau difikir begitu banyak bukti dan kesaksian dari ratusanribu orang-orang kudus itu namun umat Yahudi terap saja degil hatinya dan tetap menyangkal. Aku sendiri secara pribadi tidak bisa mempercayai hal demikian.

Kepercayaan seperti itu yaitu ratusan ribu orang kudus telah dibangkitkan Yesus hanya akan membawa mudharat belaka, karena tidak ada kegunaannya juga. Seseorang yang pernah bepergian ke negeri yang jauh dan kemudian pulang ke rumahnya setelah sekian tahun, pasti banyak yang ingin diceritakannya kepada kerabatnya mengenai segala hal menarik dari negeri yang dikunjunginya; ia tidak akan menutup mulut atau berbisu-kata jika bertemu bangsanya setelah perpisahan sekian lama. Kerabatnya sendiri pasti juga bergegas menghampirinya untuk menanyakan kabar dari negeri yang jauh itu. Dengan demikian, pernyataan Yesus telah menghidupkan orang-orang yang sudah mati, baru akan ada gunanya jika kesaksian mereka yang mati itu memang membenarkan pengakuan beliau.  Nyatanya tidak ada hal demikian itu. Kalau benar ada orang mati yang dihidupkan kembali, kita terpaksa menganggapnya bahwa mereka ternyata tidak memberikan dukungan atas pengakuan ketuhanan Yesus. Alih-alih mempercayai beliau malah cerita demikian menambah kerancuan saja. Kalau saja dalam ceritanya dikatakan bahwa yang dihidupkan kembali itu hewan yang sudah mati maka banyak kesulitan yang dapat dihindari, karena sebagai hewan mereka tidak akan menyangkal apa pun jika ditanya.

Kalau menurut cerita yang ada, Yesus sudah membangkitkan manusia yang sudah mati. Jika ini benar terjadi, percayalah tidak akan ada lagi manusia yang kafir dan menyangkal kebenaran yang diajukan dengan cara demikian. Dengan amat menyesal, aku terpaksa mengatakan bahwa bangsa Sikh di negeri ini masih lebih pandai dari umat Kristen. Mereka telah membuktikan keahlian mereka dalam mengarang cerita karena mereka mengatakan bahwa Guru mereka yaitu Baba Nanak, pernah menghidupkan kembali seekor gajah yang sudah mati. Jenis ‘mukjizat’ seperti ini tidak akan banyak menghadapi penyangkalan karena orang Sikh bisa mengatakan bahwa gajah itu tidak bisa bicara yang dapat menguatkan atau menyalahkan Baba Nanak. Singkat kata, orang-orang awam yang daya fikirnya terbatas, mungkin bias dipuaskan dengan ‘mukjizat’ seperti itu, tetapi tidak bagi mereka yang arif yang akan merasa malu mendengar cerita demikian.

No comments: