GOLDEN WORDS

Akar Segala Kebaikan Adalah Taqwa, Jika Akar Itu Ada Maka Semuanya Ada

Tuesday, December 6, 2011

YESUS DI INDIA BAB 3 (9)


BAB 3

Pembuktian dari buku-buku medical Salah satu bukti mengenai kelepasan Yesus a.s. dari kematian di atas kayu salib adalah preparasi medikal yang disebut ‘Marham-i-Isa’ atau ‘Salep nabi Isa’ yang tercatat dalam beratus buku-buku medikal kuno.  Sebagian dari buku itu merupakan hasil kompilasi orang Kristen, ada juga yang dari bangsa Magi atau Yahudi dan sebagian oleh Muslim.  Sebagian besar adalah buku-buku yang sudah tua sekali.  Dari penelitian diketahui bahwa resep pembuatannya semula berdasarkan riwayat lisan dari ratusan ribu orang yang kemudian dicatat dalam naskah. Di awalnya pada saat tak lama setelah Penyaliban, ada naskah farmasetikal dalam bahasa Latin yang menguraikan cara pembuatan berikut penjelasan bahwa preparasi tersebut dibuat untuk mengobati luka-luka Yesus. Naskah ini kemudian diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa dan pada saat pemerintahan Mamun al-Rashid, diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.  Rupanya sudah diatur oleh Tuhan bahwa para tabib terkenal dari berbagai agama seperti Kristen, Yahudi, Magi dan Islam, semuanya mencatat preparasi tersebut dalam buku-buku mereka dengan penjelasan bahwa preparasi itu disiapkan oleh para murid bagi Yesus a.s. Dari farmakologinya diketahui kalau preparasi tersebut amat berguna untuk mengobati cedera karena pukulan atau jatuh, bias menahan darah luka terbuka (astringent) serta mengandung ‘murr’ (myrrh) yang merupakan antiseptik. Obat ini juga berguna saat ada wabah untuk pengobatan bisul dan borok berbagai jenis.  Yang belum jelas adalah apakah obat itu dibuat atas dasar wahyu yang diterima Yesus setelah penyaliban, atau disiapkan berdasarkan konsultasi sekelompok tabib saat itu. Beberapa unsur dasarnya, terutama ‘murr’ juga pernah disinggung dalam kitab Taurat.  Berkat obat itu luka-luka Yesus sembuh dalam beberapa hari. Dalam waktu tiga hari beliau cukup pulih untuk bisa berjalan kaki sejauh tujuhpuluh mil (seratus kilometer lebih) dari Yerusalem ke Galilea.  Berkenaan dengan kemanjuran obat tersebut ada yang mengatakan kalau Yesus menyembuhkan orang-orang lain, maka preparasi itu telah menyembuhkan Yesus sendiri. Buku-buku yang mencantumkan obat ini ada lebih dari seribu buah, terlalu panjang untuk disebutkan.  Resep obat itu terkenal juga di antara tabib-tabib Yunani.  Beberapa dari buku-buku yang mencatat Marham-i-Isa serta pernyataan bahwa salep tersebut dibuat untuk pengobatan luka-luka Yesus adalah:
v  Qanun, oleh Shaikh-ul-Rais Bu Ali Sina, jilid III, halaman 133.
v  Sharah Qanun, oleh Allama Qutb-ud-Din Shirazi, jilid III.
v  Kamil-us-Sanaat, oleh Ali bin Al-Abbas Al-Majusi, jilid III, halaman 602.
v  Kitab Majmua-i-Baqai, Muhammad Ismail, Mukhatif as Khaqan oleh Khitab pidar Mohammad Baqa Khan, jilid II, halaman 497.
v  Kitab Tazkara-i-Ul-ul-Albab, oleh Shaikh Daud-al-Zareer-ul- Antaki, halaman 303.
v  Qarabadin-i-Rumi, dikompilasi di masa Yesus dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab di masa Mamun Al-Rashid, bab Penyakit Kulit.
v  Umdat-ul-Muhtaj, oleh Ahmad bin Hasan Al-Rashidi Al-Hakim. Dalam buku ini obat Marham-i-Isa beserta preparasi lainnya disalin dari lebih dari seratus buku berbahasa Perancis.
v  Qarabadin, bahasa Parsi, oleh Hakim Muhammad Akbar Arzani, hal Penyakit Kulit.
v  Shifa-ul-Asqam, jilid II, halaman 230.
v   Mirat-ush-Shafa, oleh Hakim Natho Shah, hal Penyakit Kulit.
v  Zakhira-i-Khawarazm Shahi, hal Penyakit Kulit.
v  Sharah Qanun Gilani, jilid III.
v  Sharah Qanun Qarshi, jilid III.
v  Qarabadin, oleh Ulwi Khan, hal Penyakit Kulit.
v  Ilaj-ul-Amraz, oleh Hakim Muhammad Sharif Khan Sahib, halaman 893.
v  Qarabadi Unani, hal Penyakit Kulit.
v  Tuhfat-ul-Muminin, catatan pada bagian Makhzan-ul-Adwiya, halaman 713.
v  Muhit Fi-Tibb, halaman 367.
v  Aksir-i-Azam, oleh Hakim Muhammad Azam Khan Sahib, Al- Mukhatab ba Nazim-i-Jahan, jilid IV, halaman 331.
v  Qarabadin, oleh Masumi-ul-Masum bin Karam-ud-Din Al- Shustri Shirazi.
v  Ijala-i-Nafiah, oleh Muhammad Sharif Dehlavi, halaman 140.
v  Tibb-i-Shibri (nama lainnya Lawami Shibriyya), oleh Sayid Hussain Shibr Kazimi, halaman 471.
v  Makhzan-i-Sulaimani (terjemahan dari Aksir Arabi), oleh Muhammad Shams-ud-Din Sahib dari  Bahawalpur, halaman
v  Shifa-ul-Amraz, diterjemahkan oleh Maulana Al-Hakim Muhammad Noor Karim, halaman 282.
v  Kitab Al-Tibb Dara Shakohi, oleh Nur-uf-Din Muhammad Abdul Hakim Ain-ul-Muluk Al-Shirazi, halaman 360.
v  Minhaj-ud-Dukan ba Dastur-ul-Aayan fi Aamal wa Tarkib Al- Nafiah lil Abdan, oleh Aflatoon-i-Zamana wa Rais-i-Awana Abdul Mina ibn Abi Nasr-ul-Atta Al-Israili Al-Haruni (orang Yahudi), halaman 86.
v  Zubdat-ul-Tabb, oleh Sayid-ul-Imam Abu Ibrahim Ismail bin Hasan-ul-Husaini Al-Jarjani, halaman 182.
v  Tibb-i-Akbar, oleh Muhammad Akbar Arzani, halaman 242.
v  Mizan-ul-Tibb, Muhammad Akbar Arzani, halaman 152. 
v  Sadidi, oleh Rais-ul-Mutakalimin Imamul Muhaq-i-qin Al-Sadid-ul-Kazruni, jilid II, halaman 283.
v  Hadi Kabir, oleh Ibn-i-Zakaria, hal Penyakit Kulit.
v  Qarabadin, oleh Ibn-i-Talmiz, hal Penyakit Kulit.
v  Qarabadin, oleh Ibn-i-Abi Sadiq, hal Penyakit Kulit.


Buku-buku di atas itu sebagai ilustrasi. Para cendekiawan, khususnya di bidang medikal, mengetahui bahwa buku-buku tersebut di masa lalu merupakan buku pegangan pendidikan kedokteran di kota-kota di bawah pemerintahan Muslim dimana mereka yang berasal dari Eropah juga belajar di sana. Rasanya tidak berlebihan jika dikatakan bahwa sudah berjuta orang yang mengenal buku-buku tersebut dan beratus ribu yang telah mempelajarinya secara lengkap. Aku memastikan di sini bahwa tidak ada seorang pun cendekiawan Eropah atau Asia yang tidak mengenal sekurangnya sebagian dari buku-buku itu. 


Ketika Sapin, Qastmonia dan Shantrin memiliki universitasuniversitas, buku al-Qanun fi at-Tibb dari Bu Ali Sina (Ibnu Sina atau lengkapnya Abu A li Al-Hussain Ibnu Abdullah Ibnu Sina yang di Barat dikenal dengan nama Avicenna.  Bukunya al-Qanun fi at-Tibb merupakan buku kedokteran yang paling terkenal sepanjang sejarah manusia), yang merupakan buku medikal unggulan, serta buku-buku lain seperti Shifa, Isharat dan Basharat tentang fisika, astronomi dan filsafat, dipelajari secara tekun oleh orang-orang Eropah. Begitu juga bias dipelajari karya-karya dari Abu Nasr Farabi, Abu Raihan Israil, Thabit bin Qurrah, Hunain bin Ishaq dan lain-lain yang semuanya tokohtokoh cendekiawan serta hasil terjemahan mereka dari karya-karya Yunani.  Terjemah karya mereka sampai sekarang pun masih dapat ditemukan di Eropah.

Para penguasa Muslim pada zaman dahulu umumnya selalu membantu dunia medikal, merekalah yang rajin memerintahkan penterjemahan karya-karya Yunani. Sifat otoritas Khilafat yang sudah lama mendasari pemerintahan raja-raja Islam lebih mementingkan pengembangan pengetahuan daripada perluasan daerah kekuasaan.  Karena itu tidak hanya karya-karya Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, bahkan para penguasa itu mengundang para Pandit cendekiawan dari India untuk menterjemahkan buku-buku medikal dan buku lainnya dengan imbalan yang tinggi. Kita patut berterimakasih kepada mereka karena mereka menterjemahkan karyakarya medikal dari bahasa Latin dan Yunani yang menyinggung ‘Salep nabi Isa’ lengkap dengan penjelasan bahwa ramuan itu untuk mengobati luka-luka Yesus a.s. Ketika para cendekiawan Muslim dari masa itu seperti Thabit bin Qurrah dan Hunain bin Ishaq yang tidak saja ahli dalam ketabiban tetapi juga dalam fisika dan filsafat, menterjemahkan Qarabadin yang menyinggung ‘Marham-i-Isa,’ mereka secara bijak tetap menggunakan kata Shailikha yang sebenarnya kata Yunani dalam aksara Arabnya agar orang yang membaca menyadari bahwa buku tersebut diterjemahkan dari karya farmasetikal Yunani.  Karena itu di hampir semua buku digunakan istilah Shailikha tersebut.

No comments: