GOLDEN WORDS

Akar Segala Kebaikan Adalah Taqwa, Jika Akar Itu Ada Maka Semuanya Ada

Thursday, August 23, 2012

MERENUNGI DOSA DARI SEMUR JENGKOL DAN PAJAK STNK


Sore itu ketika masih puasa, saya di undang berbuka puasa di salah satu rumah saudara.  Luar biasa, hidangan yang di sajikan, ada es buah, teh manis, aqua (bukan promosi), agar-agar dll.  Beduk Maghrib pun mulai berkumandang di stasiun televisi lokal yang kami nanti.  Mulai satu demi satu makanan takjil pembatal puasa kami santap.  Ada kurma, ada manisan, ada gorengan ada pula kue-kue manis lainnya.  Setelah cukup denga santapan pembuka, mulailah satu persatu mengambil air wudhu bersiap sholat berjamaah Maghrib di laksanakan.
Lepas sholat berjamaah maghrib dan sholat sunnah ba’diyah maghrib dua rekaat, sambil memberesi sajadah kami kembali ke posisi semula untuk persiapan makan  berat.  Subhaanallah, tak tanggung-tanggung menu kali ini, ma’lum saja istri dari tuan rumah seorang berdarah padang jadi menu kulinarnya sangat variatif.  Rendang suatu hal yang wajib, apa lagi jengkol.  Satu piring sudah saya habiskan, karena rasa yang luar biasa, berhasil menggoda nafsu makan ku, akhirnya nambo ciek lai kata orang awak (nambah sekali lagi) tak dapat di hindari.  Namun pada ronde ke dua ini saya tergoda sekali dengan salah satu hidangan yang satu ini yaitu SEMUR JENGKOL.  Saya sendiri tidak hobi makan, makanan yang satu ini, tetapi entah angin apa yang pengaruhi pikiran sehingga menggeraakkn persendian tangan ini untuk mencobanya walau pun dengan agak sedikit malu.  “Saya tes satu ya”  kata ku sambil tersenyum.  Tiba-tiba dari dalam rungan keluar ibu yang memasak sambil membawa sesuatu.  Katanya: “Satu tau banyak, sama aja p, tetep bau”.  Jawab ku: “wah kalau begitu SEMUR JENGKOL sama dengan orang ngurus pajak STNK, mau sebulan atau setahun terlambat, dendanya sama aja.”  Dan semua yang hadir pun tertawa, tak disangka semua juga ikut nambo..:D 
Terlintas dalam benakku apakah dosa yang sedikit kita perbuat secara komulatif atau pun tidak apakah juga sama saja di pandanga Tuhan, atau perasaan bedosa kita yang menjadikannya tidak berbeda besar atau kecil.

Sumber lain:

1 comment:

semur jengkol said...

waaaah, maskih ceritanya gan