Tak terbayangkan seberapa besar keterkejutan itu
Seperti mimpi buruk di tengah siang
Sekejap gigiku beradu
Ketika sampah mobil dan bangunan terseret menderu
Semua menjadi tak berarti
Menjadi bukti sebuah tragedi
Tertumpah kembali air mata ini
Air mata kepicikan yang berselimut katarak buta
Jeritannya mengiris kami
Dalam peraduan yang tak menentu
Berharap cemas dalam kebisuan
Menyambut angin penderitaan
Tuhan, berapa banyak lagi air mata yang mengalir
Berapa keras lagi kami harus bekerja
Ibadah seperti apa lagi kami harus persembahkan
Adakah ini hukuman yang tak termaafkan
Aku tau kau ingin mengatakan kepada kami
Tau barang kali Kau telah mengatakannya
Sehingga karena kebodohan kami
Karena, kebutaan kami, karena ketulian kami
Kami tidak menerima risalah Mu
Kami sadar bahwa firman Mu bukan untuk dahulu
Kami tau, tidak belajar dari sejarah Utusan pendahulu
Sehingga kami tetap bertahan dalam kebebalan
Kami bertahan dalam kecongkakan
Hanya kehormatan yang kami pikirkan
Hanya kemewahan yang kami dambakan
Pada akhirnya baru kami akan tersadar rupanya itu hukuman Mu Tuhan
Medan, 12 Maret 2011
Sufi
No comments:
Post a Comment