Seperti petir telinga ini
mendengarnya. Seperti kebentur
batu besar jidad ini. Bagaimana tidak
kaget setengah mati, lawong baru kemarin Sang Buya yang terhormat itu, lisan,
tindak dan tanduknya selalu kami lihat sembari sedikit-sedikit banyak juga yang
mengikuti jejaknya. Tapi aku tak yakin
ada banyak yang mencontoh kelakuannya. Pasalnya
banyak juga yang melaporkan secara langsung ke telingaku kekecewaan si fulan dan
si fulanah soal tindak-tanduk sang Buya terhormat itu. Namun apa daya kedudukannya yang setinggi
ceritanya itu karena terlalu tingginya, sehingga dia tidak dapat melihat kerikil kecil yang menghambat langkahnya dan berakhir dengan sandungan. Kok aku belum pernah dengar atau melihat orang yang tersandung oleh batu besar. Mungkin
karena batunya kecil jadi dia anggap saja kerikil dan tak akan mendatangkan masalah kepadanya..
Terkadang karena saking kecilnya
itu otak biasa merekam bahwa itu tidak berbahaya, karena selama ini sang Buya
sudah terbiaya dengan sesuatu yang nyaman dan mudah untuk dia kendalikan. Dia merasa semua yang ada di sekililingnya
dapat dia tundukkan dengan menjual nama sang majikan, walau pun dia tahu bahwa
itu sangat tidak etis dan berbahaya. Namun
masa bodohlah, tau apa pula orang-orang ini soal ini dan itu (barangkali seperti
itu yang ada di dalam hatinya). Dan
cothonya lagi, jika keadaan aman terkendali biasanya otak mengirimkan ke alam bawah
sadar bahwa everything's ok..:D. Everything's ok inilah yang kemudian jika
kita telusuri menggunkan teropong renungan lama-kelamaan kita baru tau kalau
dibelakangnya ada seorang majikan yang bersemayam dalam kegelapan. Mungkin karena letaknya tersembunyi di
sudut gelap hati maka kita sulit untuk mengenalinya, dan sering mempercayakan
kepadanya untuk menjadi driver dalam diri kita.
Yang akhirnya sesuka hatinya dia bawa.
Sedang kita sering mengabaikan sosok sang driver yang sebenarnya, yang
selalu duduk di tempat terang menawarkan pekerjaan sebagai pelindung, pengarah, pengantar, pembimbing, pemberi asuransi bagi mobil kita dan yaaa...pokoknya PALUGEDE lah (aPA yang LU Mau GuE aDE). Hanya bagaimana
syahwat-syahwat ini memilih driver penjaga tadi.
Dan sayangnya Syahwat Sang Buya lebih memilih driver kegelapan sebagai pemandu dan sopir jasad dan
jiwanya. Rupanya apa yang dia anggap aman nyaman tak lebihnya kerikil-kerikil kecil yang menjadi batu besar dan siap membenturnya hingga kliyengan dan KO.
Maka mulai hari ini, aku akan lebih mempeng lagi berdoa kepada Majikan dari segala majikan-majikan yang ada, agar DIA berkenan
kasihan kepada ku, kasihan akan kelemahanku, kasihan akan kemalasan ku, dan
kasihan dari kelemahan ku yang tak dapat terhitung karena tak ku sadari. Agar
DIA senantiasa menjaga ku dari dosa yang di timbulkan oleh perasaan nyaman, dan
kesalahan mengambil keputusan dan menghindarkan aku dari musibah
perbuatan-perbuatan yang ku anggap kecil maupun besar.
Y a T u h a n j a d i k a n l a h d i r i - k u k e c i l d i m a t a - k u
d a n b e s a r d i m a t a o r a n g l a i n
Medan, 06052013
No comments:
Post a Comment