Sunday, May 5, 2013

REFLEKSI DARI SANG BUYA


                                                                                                             
Seperti petir telinga ini mendengarnya.  Seperti kebentur batu besar jidad ini.  Bagaimana tidak kaget setengah mati, lawong baru kemarin Sang Buya yang terhormat itu, lisan, tindak dan tanduknya selalu kami lihat sembari sedikit-sedikit banyak juga yang mengikuti jejaknya.  Tapi aku tak yakin ada banyak yang mencontoh kelakuannya.  Pasalnya banyak juga yang melaporkan secara langsung ke telingaku kekecewaan si fulan dan si fulanah soal tindak-tanduk sang Buya terhormat itu.  Namun apa daya kedudukannya yang setinggi ceritanya itu karena terlalu tingginya, sehingga dia tidak dapat melihat kerikil kecil yang menghambat langkahnya dan berakhir dengan sandungan.  Kok aku belum pernah dengar atau melihat orang yang tersandung oleh batu besar.  Mungkin karena batunya kecil jadi dia anggap saja kerikil dan tak akan mendatangkan masalah kepadanya..
Terkadang karena saking kecilnya itu otak biasa merekam bahwa itu tidak berbahaya, karena selama ini sang Buya sudah terbiaya dengan sesuatu yang nyaman dan mudah untuk dia kendalikan.  Dia merasa semua yang ada di sekililingnya dapat dia tundukkan dengan menjual nama sang majikan, walau pun dia tahu bahwa itu sangat tidak etis dan berbahaya.  Namun masa bodohlah, tau apa pula orang-orang ini soal ini dan itu (barangkali seperti itu yang ada di dalam hatinya).  Dan cothonya lagi, jika keadaan aman terkendali biasanya otak mengirimkan ke alam bawah sadar bahwa everything's  ok..:D.  Everything's ok inilah yang kemudian jika kita telusuri menggunkan teropong renungan lama-kelamaan kita baru tau kalau dibelakangnya ada seorang majikan yang bersemayam dalam kegelapan.  Mungkin karena letaknya tersembunyi di sudut gelap hati maka kita sulit untuk mengenalinya, dan sering mempercayakan kepadanya untuk menjadi driver dalam diri kita.  Yang akhirnya sesuka hatinya dia bawa.  Sedang kita sering mengabaikan sosok sang driver yang sebenarnya, yang selalu duduk di tempat terang menawarkan pekerjaan sebagai pelindung, pengarah, pengantar, pembimbing, pemberi asuransi bagi mobil kita dan yaaa...pokoknya PALUGEDE lah (aPA yang LU Mau GuE aDE).  Hanya bagaimana syahwat-syahwat ini memilih driver penjaga tadi.
Dan sayangnya Syahwat Sang Buya  lebih memilih driver kegelapan sebagai pemandu dan sopir jasad dan jiwanya.  Rupanya apa yang dia anggap aman nyaman tak lebihnya kerikil-kerikil kecil yang menjadi batu besar dan siap membenturnya hingga kliyengan dan KO.
Maka mulai hari ini, aku akan lebih mempeng lagi berdoa kepada Majikan dari segala majikan-majikan yang ada, agar DIA berkenan kasihan kepada ku, kasihan akan kelemahanku, kasihan akan kemalasan ku, dan kasihan dari kelemahan ku yang tak dapat terhitung karena tak ku sadari. Agar DIA senantiasa menjaga ku dari dosa yang di timbulkan oleh perasaan nyaman, dan kesalahan mengambil keputusan dan menghindarkan aku dari musibah perbuatan-perbuatan yang ku anggap kecil maupun besar.  

Y a  T u h a n   j a d i k a n l a h   d i r i - k u   k e c i l   d i  m a t a - k u   
d a n   b e s a r   d i  m a t a   o r a n g   l a i n

Medan, 06052013

No comments:

Post a Comment